Sabtu, 30 April 2011

At Hutan Pinus - Puncak Malino, Makassar 29.04.2011









Here they are. Beberapa yang sempat ter-take oleh kameraku. Berada di puncak malino, setelah mendaftar di SMUDAMA bersama ke-sembilan temanku yaitu Ninis, Rina, Intan, Lala, Nahda, Mumtaz, Ikki, Dadang, dan Aco. Ada kejadian yang menurutku "cukup membuat shock". Ceritanya kita melihat ada bangunan aneh berbentuk kotak dengan lambang yang aneh dan bentuk yang aneh juga dibawah sana (ceritanya tempat itu lebih rendah dari tempat kita berpijak saat itu, buset dah untuk turun kesana kita harus melewati tangga tangga dari tanah liat yang licinnya minta ampun sampe sampe aku hampir terpeleset!) Tapi karena rasa penasaran dan rasa "waw" kami yang melewati batas (dibawah sana indaaaaaah banget bagai padang rumput yang subur terawat dan sejuk) kami pun tak menghiraukan resiko terpeleset. Trus pas aku udah sampe dibawah, tiba-tiba dadang ini teriak "sa, duduk disana, disini posisinya bagu untuk nge-jepret elu kalo disitu". Yah, aku nurut-nurut aja. Dan HUAAAAAA!! nahda berteriak "Sa, Sa!! Ini K-U-B-U-R-A-N!!" Masya Allah dan ternyata itu betul, yang saya duduki itu adalah kuburan tua (pantas aja bentuknya aneh). Smenjak itu aku tak berani lagi seceroboh itu. Meski telah kucoba lupakan peristiw ITU masih melekat aja diotak huhu :'(

Pas pulang, si Nahda (pemimpin perjalanan pulang kepadang rumput itu) sepertinya salah ngambil jalan pulang jalan yang harus kami tempuh pastinya mendaki, dengan kemiringan sekitar 50 derajat, dan kami harus berpijak pada akar-akar pohon yang basah karena embun. Sekali lagi kami harus berhadapan dengan resiko terpeleset. Aku naiknya sampe narik-narik tanaman ini, tanaman itu, buat mencapai pijakan selanjutnya. BEGITU EKSTRIM!! Dan alhamdulillah, aku bisa sampai dengan selamat tanpa bantuan siapa pun (kecuali tanaman yang aku tarik tarik tadi, maaf yah tanaman). Rasanya seperti habis lari jarak jauh, menguras tenaga banyak. Keringatku bercucuran.

Tapi inilah pengalaman yang menyenangkan yang tak mudah terlupakan (kecuali memori otak gue udah kadaluarsa) rasanya seperti jadi bocah petualang sehari :) setelah itu, kami segera menuju pulang karena hari sudah mulai petang. Diperjalanan pulang kami ditemani kabut yang menyelimuti ruas ruas jalan. Begitu seram. Mistis. Semoga aku dapat bertemu kabut-kabut itu lagi dilain hari, tentu saja bersama mereka :D

0 komentar:

Posting Komentar