Selasa, 21 Desember 2010

The Offspring - Kristy, Are You Doing Okay?

Sabtu, 18 Desember 2010

Offspring - Kristy Are You Doing Okay

there's a moment in time
           Am       G   F
and it's stuck in my mind
( F )           G 
way back when we were just kids
        C             C/B
cuz your eyes told the tale
       Am   G            F
of an act of betrayal
( F )         G
i knew that somebody did
F          G
oh waves of time
       C    C/B     Am             G
seem to wash away the scenes of our crimes
   F              G
for you this never ends


       C
can you stay strong
       Am
can you go on
Dm                   F   G
Kristy are you doing okay
           C
a rose that won't bloom
       Am
winters kept you
        Dm                           F                 G
don't waste your whole life trying to get back what was taken away


C F G

          C             C/B             Am       G       F
though the marks on your dress have been neatly repressed
( F )                      G
i knew that something was wrong
     C             C/B
and i shoulda spoke out
       Am         G
and i'm so sorry now
  F                         G
i didn't know cuz we were so young
F           G            C        C/B  Am         G
oh clouds of time seem to rain on innocence left behind
       F      G
and never goes away
   
       C
can you stay strong
       Am
can you go on
Dm                   F G
Kristy are you doing okay
          C
a rose that won't bloom
       Am
winters kept you
       Dm                           F                 G
don't waste your whole life trying to get back what was taken away


C F G (2x)

F           G            C        C/B  Am        G
oh clouds of time seem to rain on innocence left behind
F
and never goes away
      G
and never goes away

       C
can you stay strong
       Am
can you go on
Dm                   F G
Kristy are you doing okay
           C
a rose that won't bloom
       Am
winters kept you
     Dm                              F                 G
don't waste your whole life trying to get back what was taken away

     Dm                              F                 G
don't waste your whole life trying to get back what was taken away

C F G (2x)

Sabtu, 11 Desember 2010

Secondhand Serenade - The Last Song Ever

I wish my life was this song
'cause songs they never die
I could write for years and years
And never have to cry I'd show you how I feel
With out saying a word
I could wrap up both our hearts
I know it sounds absurd

And I saw the tears on your face
I shot you down and I slammed the door
But couldn't make a sound
So please stay sweet my dear
Don't hate me now
I can't tell how this last song ends

The way that I feel tonight so down so down I pray I can swim just so I won't drown and the
Waves that crash over me I am gasping for air take my hand so I can breathe as I write this
Last song down

And I saw the tears on your face I shot you down
And I slammed the door but couldn't make a sound
So please stay sweet my dear
Don't hate me now
I can't tell how this last song ends

The broken glass... your moistened skin
Was everything, was everything

And your broken voice... was quivering
You're everything, you're everything

Scream at me make it the best I ever heard
Laugh out loud I know it sounds absurd

Scream at me make it the best I ever heard
You're everything, you're everything

Heart beats slowing pains are growing
Does she love you that's worth knowing?

Heart beats slowing pains are growing
Does she love you that's worth knowing?

Jumat, 15 Oktober 2010

Nora The Piano Cat: The Sequel - Better than the original!

The Next Mozart? 6-Year Old Piano Prodigy Wows All

Sabtu, 18 September 2010

Cinta (by Adella)

“Sis, lo mau gak jadi cewek gua?”
Akhirnya kalimat itu terucap juga dari mulut Andre, cowok yang belakangan ini mengisi hari-hari Siska. Sejak Siska berkenalan dengan Andre sekitar enam bulan yang lalu, Andre selalu membuat Siska bahagia. Meskipun perkenalan mereka saat itu tak disengaja, tapi justru itu yang membuat Siska suka tersenyum sendiri ketika mengingat peristiwa itu. Saat itu, Andre menelepon Siska untuk pertama kalinya, tapi Andre bahkan tidak tahu yang mana gadis yang bernama Siska. Lucu. Semua berkat Ryan, teman Andre yang ingin berkenalan dengan Siska namun tak ada nyali untuk maju sendiri. Akhirnya Andre-lah yang menjadi tamengnya.
“Sis?”
“Sis!” Andre berteriak di telepon.

“Oh iya, sorry…” Siska tersadar dari lamunannya.
“Jadi? Lo mau gak jadi cewek gua?”
Siska berpikir sejenak walau dalam hati ia sangat senang sekali mendengar Andre menyatakan perasaannya.
“Gua itung sampe 13 dan lo harus udah punya jawabannya,” ucap Andre.
“Satu, dua, …. , tiga belas!!! Jadi?” tanya Andre penasaran.

“Iya.”
                                                         ***

“Cieee…. yang baru jadian senyum-senyum mulu dari tadi,” ejek Lisa.
Lisa adalah teman baik Siska sejak mereka kelas 1 SMP. Sudah tiga tahun mereka bersahabat, dan Lisa selalu ada untuk Siska, begitu pula sebaliknya. Tidak ada yang mereka tidak ceritakan satu sama lain. Siska senang sekali mempunyai sahabat seperti Lisa.
“Lisa!!! Jangan gitu dong ah!” jawab Siska tersipu-sipu malu.
“Tapi ngomong-ngomong lo ga bareng cowok lo? Mang belom waktunya anak SMA istirahat ya?” tanya Lisa.
Memang, Siska dan Andre jarang terlihat bersama di sekolah. Mungkin karena jadwal Siska yang masih duduk di kelas 3 SMP agak sedikit berbeda dengan Andre yang sudah duduk di kelas 1 SMA.
“Kayaknya bentar lagi deh, Lis. Eh, tuh orangnya!” seru Siska sambil menunjuk ke arah Andre yang sedang berdiri di dekat pintu kantin.
“Hai!” sapa Andre sambil nyengir ketika mereka jalan berpapasan. Lalu, Andre langsung jalan begitu saja tanpa berkata apa-apa lagi pada Siska.
“Apaan tuh?!! Lo orang sebenernya pacaran apa kaga sih?” ucap Lisa kesal.
“Yah, dia emang orangnya kayak gitu, Lis. Gengsian. Mau diapain lagi,” jawab Siska sambil menghela napas.
“Ya tapi kan lo ceweknya, Sis? Masa nyapa aja kaya gitu?!” ucap Lisa dengan nada yang makin meninggi.
“Udahlah, Lis. Justru karna gua sekarang udah jadi ceweknya, makanya gua harus lebih bisa ngertiin dia,” Siska menjawab dengan tenang, meski dalam hati, Siska ingin sekali seperti pasangan-pasangan lainnya. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama-sama tiap kali ada kesempatan. Namun Siska harus puas dengan keadaannya sekarang.
Mungkin emang gua yang terlalu banyak mikir, gua gak boleh terlalu banyak menuntut. Andre sayang sama gua dan itu udah cukup, batin Siska.

***

Sis, kayaknya lebih baik kita putus aja…
Siska membaca SMS dari Andre berkali-kali. Ia tidak percaya Andre tega memutuskannya begitu saja. Selama tujuh bulan mereka berpacaran, Siska merasa sangat bahagia. Meski kadang ia sangat ingin menghabiskan waktunya lebih banyak lagi bersama Andre, tapi ia bisa menerima sepenuhnya, ia tidak mau menuntut lebih banyak lagi.
“Udah dong, Sis. Jangan nangis terus, mungkin dia emang bukan yang terbaik buat lo,” hibur Lisa.
“Tapi gua sayang banget sama dia, Lis. Dia gengsi ngomong ama gua, okay.. gua terima. Dia malu kalo jalan bareng ama gua di sekolah, okay.. gua juga ngerti. Tapi gua gak mau putus, Lis,” tutur Siska di sela-sela tangisnya.
Lisa memeluk sahabatnya erat. Lisa ikut merasakan kesedihan yang sedang dirasakan teman terbaiknya ini.
***

Dua tahun sudah sejak Andre mengakhiri hubungan mereka. Sejak saat itu, mereka sama sekali tidak berhubungan. Siska pernah sekali mendengar kabar tentang Andre yang sudah mempunyai pacar baru. Siska sedih. Ia sedih karena hanya dua bulan yang Andre butuhkan untuk melupakan dirinya dan kemudian menjalin hubungan dengan orang lain. Terlebih lagi, Siska tidak menyangka bahwa orang lain itu adalah Rini, adik kelasnya yang selalu mencuri-curi kesempatan untuk bisa bersama Andre, bahkan ketika mereka masih berpacaran.
Brrr… Brrr… HP Siska bergetar.
1 received message
Lo mau gak jadi cewek gua lagi?
Siska kaget membaca SMS dari Andre. Ya, Andre yang meninggalkannya dua tahun yang lalu. Tiba-tiba Siska merasakan sakit hatinya kembali. Kemudian ia memutuskan untuk mengabaikan SMS tersebut. Sejak saat itu, Andre mulai mengirim SMS lagi untuk Siska. Hanya beberapa yang dibalas oleh Siska, itupun ia jawab sesingkat mungkin.
Ini berlangsung selama dua tahun, Andre mencoba untuk mendekati Siska kembali lewat sms ataupun telepon. Akhirnya, ia memutuskan untuk bertemu dengan Siska. Siska pun akhirnya setuju. Ketika mereka bertemu, mereka ngobrol seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Mungkin mereka berdua sama-sama belum siap untuk membahas peristiwa yang terjadi sekitar 4 tahun yang lalu itu.
“Gimana kabar lo, Sis? Dah punya cowok baru blom?” tanya Andre penasaran.
“Baik. Kenapa tanya-tanya?” sindir Siska.
“Gak apa-apa, pengen tau aja,” jawab Andre enteng.
Mereka berusaha menghabiskan hari itu senormal mungkin. Hingga sesampainya Siska di rumah, ia menangis sendirian di kamarnya. Ia sadar, rasa sayangnya untuk Andre belum hilang sepenuhnya. Padahal, ia telah mencoba begitu keras untuk menghapus semua kenangannya bersama Andre.
Kenapa sih, Ndre? Kenapa lo mesti dateng lagi ke kehidupan gua di saat gua udah mulai bisa ngelupain lo? Gua bener-bener pengen ngelupain lo, tapi kenapa lo harus muncul lagi di depan gua? Kenapa, Ndre? Kenapa? batin Siska sambil menangis.
***

Kriiiinngg!
Telepon rumah Siska berdering di saat hampir tengah malam.
“Halo?” jawab Siska.
“Sis, gua Andre…”
Siska bingung untuk apa Andre meneleponnya tengah malam begini.
“Oh, hai. Ada apa?” tanya Siska.

Andre terdiam sejenak.
“Ndre? Halo? Lo kenapa diem?” Siska heran.
“Sis, mungkin gak ada kesempatan kedua buat gua? Gua tau gua salah, apa yang gua lakuin empat  tahun lalu itu seharusnya gak gua lakuin. Gua nyesel banget. Gua pikir dengan jadian ama orang lain gua bisa ngelupain lo, ternyata gak. Lo memang beda. Jujur aja, setelah kita putus, gua deket ama banyak cewek, bahkan gua sempet jadian tiga kali. Tapi gua sadar gua gak bisa bohongin perasaan gua, Sis.. Gua sayang ama lo…”
Siska terdiam. Tak terasa air mata menetes di pipinya. Ia tidak tahan lagi.
“Kalo emang lo sayang ama gua, kenapa lo tetep jadian ama cewek-cewek lo? Kenapa baru sekarang lo bilang semua ini sama gua? Kenapa, Ndre?” Siska tak kuasa menahan tangisnya.

“Gua tau gua salah. Tapi gua bener-bener gak mau kehilangan lo lagi, Sis. Gua bener-bener pengen lo ada di samping gua kaya dulu… Gua selalu nyari sosok diri lo di semua cewek yang gua temuin, tapi mereka tetep bukan lo! Gua cuma mau lo! Cuma lo yang bisa buat gua bahagia, cuma lo yang bisa buat gua ngerti dan ngerasain cinta yang sebenernya,” ucap Andre.
“Sis, gua bener-bener minta maaf,” lanjutnya.
Siska hanya bisa menangis dan diam. Malam itu benar-benar malam yang membingungkan bagi Siska. Di satu sisi, Siska masih amat sangat menyayangi Andre, tapi di sisi lain dia masih ingat benar bagaimana sakit hatinya ketika Andre pergi meninggalkan dirinya.
“Sis, gua ngerti kalo lo belom bisa nerima gua. Gua cuma mau lo tau kalo gua bener-bener sayang ama lo, dari dulu sampai sekarang. Gua mau kita kayak dulu lagi. Gua nyesel banget kenapa gua waktu itu harus ninggalin lo. Gua ga tau lagi mesti gimana, mudah-mudahan suatu saat lo bisa percaya ama gua.”
Siska menangis, lalu tersenyum.


Sesuatu Antara Kami (by Anen)

Elma yang baru saja dihukum, lagi-lagi diejek. Ia mulai murung di dalam kelas. Melamun. Melayangkan pikirannya yang sepertinya sangat kacau. Walau dua sahabat yang selalu stand by menemaninya di tempat duduk pojok bagian kiri berkicau, diabaikannya. Wajahnya gelisah. Entah karena apa. Rona juga bingung dan heran sendiri. Gusti memang sangat tega. Pasti ini gara-gara Elma hampir jatuh ketika mengeluarkan kaki dari tong sampah tadi saat dihukum. Bonus yang Elma dapatkan karena ia telaten mengerjakan PR di sekolah. Padahal, Gusti juga dihukum.
Mungkin Gusti hanya lihat sekilas dari fisik Elma yang terbilang aneh. Kering kerontang bak orang tidak makan setahun, tonggos, rambut awul-awulan, tangan yang bisa dibilang bukan tangan karena hanya tulangnya saja yang menghuni di dalamnya, dan seluruh sendi yang sepertinya sulit menopang badan. Bahkan terkadang untuk berdiri saja Elma terjatuh. Kalau sudah begitu, tawa mulai terdengar keras di kelas. Apa penyebabnya hingga kini masih jadi tanda tanya besar.
“Eh, tema seminar lo apaan Ron?” tanya Gisela. Si juara umum ini selalu bertanya hal-hal yang berbobot.
“Gue? Apa ya? Ngambil bullying aja deh.”
“Kalau lo apaan?” Sku yang giliran tanya pada dua sahabatku ini.
“Tau deh. Belum kepikiran,” jawab Giovanni.
“WOI!!! Pak Irwan! Pak Irwan!” Suara khas Gusti membengkakkan telinga Rona. Serentak mereka bertiga kompak menutup telinga. Suara cemprengnya melengking membuat semua orang merasakan bahwa kiamat segera datang menghampiri. Itulah bad habbit Gusti.
Setelah bel ganti pelajaran atau bel masuk sehabis istirahat berbunyi, Gusti and the Gank bermain di luar kelas. Ketika guru datang, mereka kebakaran jenggot. Semuanya mulai sibuk menyelamatkan diri dari kecaman guru. Mulutnya bungkam seketika. Gisela selaku ketua kelas lelah menegur Gusti.
“Percuma” kata Gisela.
* * *
Posisi Rona yang sudah nyaman tiba-tiba buyar. Badannya yang berlenggok persis seperti orang scoliosis, jadi berantakan. Semua bisa mangakui bawa Gusti tak ada matinya. Tidak ada jeranya! Tidak punya rasa malu dan takut!
“Hey! Kalian ini! Temannya sedang maju malah diganggu. Tidakkah kalian bisa melihat perjuangan sesorang. Seolah kalian yang paling benar saja!” Bu Theres mulai marah. Emosinya menaik. Tapi tetap saja kelas gaduh. Gusti tidak terpengaruh. Ia tetap asyik menghina Elma semaksimal mungkin.
Ternyata kini kelompok 8 persentasi diwakilkan Elma. Sebisa mungkin aku memperhatikan Elma. Meskipun Bu Theres mulai mengernyitkan dahi. Suara Elma memang tidak terdengar jelas. Aku terus berusaha memahami apa yang disampaikannya.
Tugas Elma selesai. Iya berjalan menuju singgasananya. Dengan badannya yang kurus dan bungkuk itu ia mulai menjadi bahan olok-olok.
“Eh tanda tangannya Ma,” kali ini giliran Ferry melawak sambil menyodorkan kertas dua lembar dan sebauh bolpoint faster yang menurutku sumpah sama sekali tidak lucu! Lagi-lagi tawa membahana seluruh isi kelas. Elma hanya pergi sambil mengacuhkan Ferry. Lagi pula kalau aku jadi Elma pasti aku tidak akan diam begitu. Tidak tahan! Kerap kali dicemooh tetap saja tidak melakukan perlawanan. Batin tertekan pastinya. Pasti Gusti dan Ferry puasnya bukan main. Mereka berdua selalu kompak dalam hal membully.
* * *
Ciri-ciri korban bullying.
Tak perlu sang anak bercerita bahwa ia sering dipukuli. Cukup bercerita bahwa sang anak dikucilkan atau diasingkan malah disisihkan dari pergaulan.
Mataku nanar. Kutatap sekali lagi layar monitor di warnet langgananku itu. Tubuhku terkulai lemas. Kaget tiada karuan. Aku mulai berusaha mengatur napas. Membenarkan kembali posisi tempat dudukku. Dikucilkan? Aku! Itu aku! Dulu aku juga sempat mengalami hal seperti itu. Malu rasanya. Sedih. Bingung. Depresi. Tidak percaya diri. Sulit berkonsentrasi dan berpikir jernih. Ciri-ciri itu! Aku!
Ternyata selama ini. Aku salah menganggap Elma. Sifat orang berbeda-beda. Aku supel. Tidak sulit menarik perhatian teman-teman. Sedangkan Elma tidak memilik sifat supel. Susah bersosialisasi. Aku anggota OSIS, Elma bukan. Aku ketua Tim Mading, Elma bukan apa-apa. Tapi aku salah. Aku tahun lalu sama seperti Elma. Tidak bisa bergabung dengan temanku yang popular. Hanya bersahabat dengan yang itu-itu saja. Apa karena aku tidak pernah mengikuti mode terbaru? Apa karena aku tidak pernah mengikuti trend rambut terbaru? Tidak memakai softlens? Sampai aku bertemu dua sahabat yang merubahku. Apa bedanya aku dengan Elma. Tidak ada sama sekali. Aku juga tertekan. Dulu aku menafsirkan bahwa aku diatas Elma. Elma tidak ranking aku iya. Aku supel Elma pendiam. Aku salah! Sadarkan pikiranku, Tuhan.
Kukedipkan mataku beberapa kali. Tanpa buang waktu aku segera mengopy artikel tersebut dalam flashdiskku. Kuklik End. Lalu kubayar semua biaya netku.
* * *
“Siap lo persentasi?” tanya Giovanni meyakinkan.
“ Mudah-mudahan. Eh, jangan lupa sama yang gue bilang tadi ya.”
“Kelompok selanjutnya. Kelompoknya Anendya,” suara bu Theres berhasil membuatku menjadi panik seketika.
“Gio jangan lupa!” Dari kejauhan, Gio mengacungkan jempolnya.
“Saya persilahkan penyaji menyampaikan garis besar makalah.” Seketika jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Giliranku menyadarkan dan membuat perubahan pada remaja masa kini.
“Terima kasih atas kesempatan yang diberikan moderator. Saya akan menjelaskan tentang bullying.” Kuklik tombol space, segera laptop menunjukkan halaman selanjutnya pada power pointku. “Mungkin agak sulit mencari padanan kata bahasa Indonesia yang tepat untuk mendefenisikan bullying. Secara sederhana, bullying merupakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau kelompok. Masih sedikit orang yang mengerti tentang bullying. Padahal saya yakin pasti banyak sekali remaja sekarang yang sering melakukannya. Ciri-ciri pelaku bullyimg adalah sebagai berikut…” Aku menjelaskan dengan sebaik mungkin agar semua perhatian tertuju padaku.
“Mungkin peserta ada yang ingin menyampaikan saran, kritik, pendapat atau pertanyaan?” Suara Febriant kali ini tidak membuatku gugup tapi malahku nanti-nanti. ‘Ayo Gio! Cepat!’ hatiku berseru.
“Terima kasih atas kesempatan yang diberikan moderator. Saya Giovanni. Saya kurang mengerti dengan definisi bullying yang tadi penyaji sampaikan. Bisakah anda menjelaskannya dalam bentuk contoh? Terima kasih,”
“Terima kasih pertanyaan dari saudari Giovanni. Dimohon penyaji menjawab.”
“Baik. Pasti anda semua mengetahui Gusti.” Gusti bingung dan pasti ia protes dengan pernyataanku. Matanya yang belok dan hampir keluar itu menatapku kesal. “Kerap kali ia meledek Elma,” Kali ini Elma yang bengong. Bola matanya diputar untuk mengerti maksudku. “Kita sendiri tidak tahu penyebabnya. Tanpa Gusti ketahui Elma sering menangis. Dampak yang Gusti berikan pada Elma sangat besar. Elma sering tertekan. Muram. Tapi kita sendiri? Mengapa kita tidak perduli pada Elma? Apa karena kita merasa kita lebih di atas Elma. Gengsi? Tahukah anda semua? Jika anda sudah menunjukkan sikap seperti ini berarti kita juga sudah melakukan tindakan bullying. Mari tunjukkan perubahan yang mendasar pada diri kita sebagai generasi yang sadar akan kekurangan bangsanya,”
Tepuk tangan terdengar jelas. Semua murid tercengang. Ada yang beberapa berbisik.
“Bullying….. Bullying!” Makian Gusti pada Elma. Jengkelnya aku terus memarahi Gusti dari kejauhan. Mukaku masih sangat jutek. Kelas menyemburkan tawa. Aku benar-benar dengki padanya. Ternyata usahaku tidak membuahkan hasil
* * *
Kutarik ujung sabukku ke kiri agar posisinya tepat di tengah sembari menunggu Gisela yang tampaknya berperang dengan bau super sedap, kamar mandi.
“Lagian Elmanya juga sih. Harusnya Elma tuh nggak usah mikirin hal kecil gitu. Gue aja dibawa enjoy. Diledek secuil gitu aja repot.”
“Dasar sifatnya susah. Dari Tuhan udah gitu. Mau diapain lagi.” Langkah sepatu dua sahabat Elma perlahan kian tak terdengar. Aku memikirkan pernyataan mereka. Tepat tidak tepat, tetapi tidak dapat diabaikan juga.
“Ayo Nen. Jangan kelamaan. Nanti kayak Linda lho nyanyi kicir-kicir.” Aku pergi dengan masih meninggalkan beberapa pertanyaan menggantung.
* * *
“Bu Theres lagi sibuk. Kita dikasih tanggung jawab dan kebebasan biar pelajaran Budi pekerti ini nggak kosong. Yang jelas semua anak-anak harus kerja! Gue mau nyuruh mereka semua jelasin impian mereka, satu-satu di depan!” Memang si brilliant ini tidak pernah kehabisan akal!
“Setuju!!!” dukung Giovanni
“Ok… Ok… Ehem… Teman-teman perhatiannya dong,” Gisela mulai beraksi bersama seksi keamanan. “Sekarang kita pengin kalian semua….” Aku terus memikirkan rencana besar untuk mempersentasikan impianku berhubung aku benomor absen awal-awal.
“Yang pertama Agnes.” Agnes maju dan muali menceritakan impiannya. Aku sibuk sendiri.
“Absen 3, Anen.” Mataku terbelalak. Aku maju ke depan kelas dan mulai berceloteh.
“Satu impian yang mendasar, pengin Gusti sadar.”
“Sadar apa? OJP alias Ora Jelas Pisan!!!! Ha! Ha! Ha! Ha! Ha!” Posisiku setara dengan Elma karena lawakan Gusti.
“Absen 7, Elma.”
“Gio bentar. Gue mau ngobrol sama Elma.” Setelah diizinkan Giovanni selaku pemandu acara, aku menarik lengan Elma yang sudah terlanjur maju ke depan kelas menuju ke luar kelas.
“Elma nanti mau ngomong apa?”
“Saya pengin gemuk doang. Biar kalau saya berdiri kuat dan Gusti nggak ngeledekin saya lagi.” Aku tersenyum mendengar harapan kecilnya.
“Ya udah kita masuk yuk. Kamu ke depan kelas ya.”
Kelas gaduh susah sekali ditenangkan. Terutama ketua gank, Gusti. Sulit Elma mendapat perhatian.
“Aku…” Kelas semakin mirip dengan pasar. Aku yang juga berusaha tidak membuahkan hasil. Kasihan Elma tersendat-sendat.
“Aku… Aku…. Aku nggak mau diledekin lagi!” Elma berlari menuju tempat duduknya. Tangisnya pecah sekejap. Semua anak yang suka meledek Elma, membentukkan mulut menyerupai huruf O dan semuanya mematung sesaat.
Elma menunduk sambil menangis tersedu-sedu di tempat duduknya. Aku mendekatinya. Tiba-tiba, ada tangan kurus dan kering ikut menyentuh Elma sembari mengucapkan kata ‘Maaf’. Itu Gusti! Elma tersenyum. Aku benar-benar bangga pada Elma. Ia dapat menyadarkan Gusti dengan caranya sendiri. Bukan karenaku.
Aku dan Elma. Kami sama. Kami satu. Kami tak beda. Kami mempunyai jiwa yang menyatu. Antara Aku dan Elma. Tersisip sebuah rahasia besar dan ruang hampa. Cukup kami yang tahu.

Jumat, 17 September 2010

When Someone Fall in Love

Felt like sleeping above the clouds ..
Under the sunshine, up the grass ..

Like summer flowers in winter ..
Cold but warm inside ..

Time walks as slow as snail ..
When we the one who we loved ..

Smiling even hurt ..
To keep that feel alone ..

We're falling with rain ..
and shine with the stars ..

Sadness.. Happiness.. become one
Cannot describe what we trully feel

and things we only do..
are crying.. waiting.. or trying..

when someone fall in love

Selasa, 07 September 2010

Aku Bangga dengan Koruptor

koruptorApalagi yang bisa dibanggakan ? gejolak itu terus menghantui dan bahwa tersirat dalam lembaran mimpi-mimpi. Kita memang sedang bermimpi dan mimpi-mimpi itu makin diperindah dengan bunga-bunga yang ditaburkan oleh penguasa. Betapa tidak konon katanya “penguasa” akan memberantas hangus para koruptor. Ratusan mungkin ribuan ungkapan terdengar bahkan buku sakuku tak sanggup menyalin ungkapan serupa akan janji-janji yang dilotarkan.
Sederet aturan dan lembaga memamerkan dirinya untuk mengatakan”Koruptor tidak akan lepas”. Adu ketangkasan diperlukan untuk memperjelas tabur genderang permainan. Waduh… sebuah permainan ?, memang yang muncul lebih banyak sebuah permainan yang disuguhkan dalam sebuah teater besar bernama Indonesia. Dengan lakon dan sutrada; penguasa, politisi, pengusaha bahkan pemain penggiran dari kelompok masyarakat ikut rame memainkan pementasan kolosal maha akbar.
Teater itu sudah berumur puluhan tahun bahkan digelar dalam tahapan Repelita kini berubah menjadi semacam Orde. Sutrada bisa saja merangkap sebagai pemain bahkan sebagai penontonpun tidak diharamkan.
Disaat Orde Baru teater itu dimainkan, hanya sedikit pelaku yang terlibat namun kekuasaan mereka begitu mengakar. Beralih pada sebuah tahapan orde kebanggaan “Reformasi”, teater itu semakin meluas bahkan sangat luas sampai-sampai bangsa ini tetap mempertahankan dirinya sebagai bangsa terkorup didunia dengan berhasil menempatkan diri para urutan lima besar. Bertahan…kita terus bertahan bahkan dalam beberapa tahun ini peringkat kita tidak bergeser.
Kita kaya dengan Sumber Daya Alam…itu katanya. Dalam sebuah kajian justru kekayaanlah yang membuat diri kita terjajah. Kita terlalu bangga dengan apa yang ada disekitar kita namun tidak mau berpikir untuk mengoptimalkan apa yang ada disekitar kita.
Siapa yang dibanggakan ? Sumir..tatkala nilai ukurannya kinerja, belum lagi ketika menghubungkanya dengan moralitas.
Memang…semua berteriak menginginkan perubahan dengan menempatkan moralitas dan kemanusian sebagai panglima kehidupan. Tidak cukup itu aturan sengaja dideretkan untuk mendukung teriakan moralitas tersebut. Peluru tajam dengan senjata supermodern tersebut ternyata tidak meruntuhkan sebuah mentalitas “Korup” yang lebih layak disebut berjamaah. Mengapa ? Korupsi layaknya sebuah budaya baru yang secara tidak langsung mendapat pengakuan dalam masyarakat. Tanpa disadari bahkan mungkin sangat disadari masyarakat kitalah yang menciptakan budaya Korup tersebut. Lihainya pemain yang kerennya disebut Koruptor acapkali adalah panutan dalam masyarakat itu sendiri.
Lucunya.kitapun acapkali membanggakan materi dibandingkan sebuah nilai kehidupan dari apa yang kita panutkan. Lahirlah sebuah Komunitas Hedonisme yang menghambakan Materi dalam indera penglihatannya. Naluri kemanusiaan lenyap seiring dengan perhitungan untung rugi.
Hukum adalah panglima, sebuah semboyan yang patut direnungkan kembali. Jelasnya Hukum adalah milik yang berkuasa dan Berduit. Pemihakan hukum pada wong cilik ibarat sebuah mukjizat dalam teriknya matahari dipadang pasir.
Siapa yang menang ? Koruptor tetap berkibar di Negara kita..bahkan mereka semakin melembaga dalam sebuah komunitas berkuasa seperti Parlemen, Kabinet dan hukum itu sendiri.
Saat ini mereka bisa mengambil apa saja yang ada didepan kita, bahkan bantuan bencanapun mereka serabot. Dari tangan kanan mereka mengalir Derma untuk mendirikan panti asuhan, dari tangan kiripun mereka mengambil apa yang mereka dapat ambil. Didalam mesjid mereka berhotbah, didalam kantor mereka menyunat proyek. Diatas kertas mereka merencanakan penghapusan kemiskinan, didalam lobi mereka menggoalkan proyek fiktif. Didepan pendemo mereka berikrar menghukum koruptor, didepan koruptor mereka bernego nilai kebebasan. Dengan kekuasaan mereka berterima kasih akan banyaknya kasus Korupsi yang dilaporkan, dengan kekuasaan pula mereka mementahkan kasus korupsi tersebut. Disaat musim haji tiba mereka berhaji, disaat pulang mereka menerima amplop kebebasan yang disodorkan koruptor. Mereka bisa menitikkan air mata tatkala bencana tiba namun mereka bisa bersyukur atas bencana tersebut karena proyek akan mengalir dengan sunatan massal yang sudah melembaga.
Apa yang belum terpikir dalam benak kita, sudah terpkir dalam benak para koruptor. Kenapa mereka tidak di organisir dan dioptimalkan saja ? mereka adalah manusia cerdas namun lemah dalam moralitas. Berikan saja sebuah pulau dan tempatkan mereka dalam pulau tersebut, niscaya pulau tersebut dalam waktu relative singkat akan menjadi sebuah negara maju yang mungkin bisa mengalahkan kemajuan negara yang sudah ada saat ini.
Bisa jadi negara lain akan bangrut dan mereka akan bangkit…bukankah mereka ahli dalam segala jenis tipu muslihat. Termasuk melebihi kelicikan Abunawas dalam cerita 1001 malam.
Arif Hidayat

source :
http://www.resensi.net/aku-bangga-dengan-koruptor/2007/02/06/

Selasa, 31 Agustus 2010

Green Day- Wake Me Up When September Ends (HQ! Official Video)

Senin, 30 Agustus 2010

My First Blog

Hi GUYS ! This is my first blog, the blog that I ever had ! ahaha, awalnya sih gue tidak mengerti make ini, tapi karena sifat SOTOI ku mulai merajalela jadinya udah tau make (walaupun belom sepenuhnya sih). Okay, dengan diresmikannya blog ku ini aku harap banyak pengunjung yang mengunjungi or mengomentari or menyarani or mau berbagi disini . That's all I want to say now (aku tak tahu harus berkata apa-apa) :]